Sejarah Agama Islam

Jumat, 12 September 2014

Sejarah Sunan Bonang

Sunan Bonang
Nah kali ini saya mau berbagi informasi tentang Sunan Bonang, tokoh penyebar agama Islam .




Belajar ke Pasai dengan Raden Paku
     Nama Asli Sunan Bonang adalah Raden Maulana Makdum Ibrahim. Ayahnya bernama Sunan Ampel dan ibunya bernama Dewi Candrawati yang juga sering disebut Nyai Ageng Manila atau Nyai Gede Manila. Sunan Bonang lahir pada tahun 1465 M. Sunan Ampel, ayahnya Raden Maulana Makdum dikenal memiliki ilmu yang tinggi dan mempunyai kharisma yang tinggi pula. Ilmu Sunan Ampel ini menurun pula kepada Raden Maulana Makdum Ibrahim.

     Sebagai kader pengganti Sunan Ampel, Maulana Makdum dibina dan ditempa dengan ilmu agama oleh ayahnya sendiri, khususnya dalam hal ketabahan mental dalam menyiarkan agama Islam. Raden Makdum Ibrahim dan Raden Paku pernah dikirim ke Pasai dan menimba ilmu disana. Keduanya menambah pengetahuan kepada Syekh Awwal Islam atau ayah kandung Raden Paku yang bergelar Sunan Giri. Sesudah menyelesaikan belajarnya di negeri Pasai, Raden Makdum Ibrahim dan Raden Paku kembali ke Jawa. Raden Makdum Ibrahim diperintahkan Sunan Ampel untuk berdakwah di Tuban.

  Berhari-hari Makdum Ibrahim menyusuri hutan ke arah timur sampai akhirnya menemukan sebuah desa. Di tempat inilah ia mendirikan pesantren, sebuah tempat yang merupakan bantuan penduduk yang mengetahui bahwa ia putra pertama Sunan Ampel. Dibangunlah sebuah permukiman dengan bangunan pertamanya sebuah masjid.

Sifat - sifat Kewalian
      Sunan Bonang sangat terkenal akan kebijaksanaannya. Ia memiliki sifat santun dan wawasan luas. Ini merupakan modal dasar sebagai seorang wali yang dipersiapkan oleh ayahnya. Diantara sifat-sifat luhur Sunan Bonang adalah sebagai berikut. 
1.      Menjaga Kesucian Hidup
     Kepribadian yang dimiliki Sunan Bonang ini sesuai firman Allah dalam surat Asy-Syam ayat 9-10 yang berbunyi sebagai berikut:
  قَدْ أَفْلَحَ مَنْ زَكَّاهَا. وَقَدْ خَابَ مَنْ دَسَّاهَا

Artinya:
"Sesungguhnya beruntunglah orang yang menyucikan jiwa itu, dan sesungguhnya merugilah orang yang mengotorinya"

     Menjaga kesucian hidup yang dimaksud disini adalah bahwa manusian dengan fitrahnya itu telah diserahi posisi terhormat dimuka bumi ini, ditambah pula dengan fasilitas-fasilitas ingatan, hati dan roh. Namun, segala fasilitas tersebut akan hancur berantakan manakala tidak dibimbing petunjuk Allah.
2.   Mengakkan Kemuliaan Diri
3.   Sifat Mengembangkan Akhlak Luhur

Berdakwah Melalui Musik
     Setelah mendapat ilmu yang cukup, maka setibanya di Pulau Jawa, Raden Makdum Ibrahim mulai berdakwah. Cara berdakwah seperti ini karena beliau menyadari bahwa kesenian kesenian merupakan salah satu kebutuhan hidup manusia. Selain itu kesenian merupakan sesuatu yang indah, sedangkan sesuatu keindahan disenangi Tuhan sebagaimana Hadis dari riwayat Bukhari dan Muslim yang menyebutkan: "
"Sesungguhnya Allah itu Maha Indah dan menyukai keindahan"

     Beliau mengarang lagu-lagu gending bertema akidah, ibadah, akhlak, kisah para nabi dan dongen-dongeng rakyat yang mengandung budi pekerti.
Diantara tembang yang terkenal adalah:
     Tamba ati iku lima sak warnane
     Maca Qur'an angen-angen sak maknane
     Kaping pindho salat wengi lakonana
     Kaping telu wong kang saleh kancanana
     Kaping papat kudu etheng ingkang luwe
     Kaping lima zikir wengi ingkang sue.

Nasihat kepada Murid-muridnya
     Sunan Bonang selalu berpesan kepada murid-muridnya, "Kita hidup didunia ini tidak lama, oleh karena itu, manfaatkan umur kita dengan sebaik baiknya sebelum datangnya kematian. Usia muda juga hanya sebentar, ibarat bunga yang mekar di tangkainya, bakal layu dan kering jika sudah rontok. Rebut masa mudamu sebelum datang masa tua, kekayaaan dan harta benda pun hanya pinjaman. jadi sedekahkan untuk kaum Miskin yang membutuhkan sebelum kamu tidak mempunyai apa-apa. Jangan menganiaya hewan maupun tumbuhan, sebab semuanya merupakan ciptaan Tuhan. Makanlah sekedarnya, jangan berlebihan. orang serakah senantiasa merasa kurang sehingga muncullah sifat kikir, curang, dan kejam.

Hari-hari Penghabisan
     Sunan Bonang mempunyai cita-cita yang sangat tinggi, ia berkeinginan menjadikan Demak Bintoro sebagai pusat pemerintahan Islam. Namun sebelum cita-citanya berhasil, ia wafat pada tahun 1525 yaitu pada usia 60Tahun. Jenazahnya disemayamkan di kota Tuban. Peninggalannya berupa Masjid Agung Sunan Bonang, yang letaknya tak jauh dari pesisir Laut Jawa.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar